Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya setiap desa memiliki budaya, tradisi, dan kegiatannya masing-masing yang dilakukan secara rutin untuk saling mengakrabkan dan silaturahmi satu dengan yang lainnya. Tak terkecuali Desa Gadingsukuh yang berada di Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Berada di perbatasan antara kabupaten Wonosobo dan Purworejo, menjadikan Desa Gadingsukuh memiliki keindahannya tersendiri. Desa Gadingsukuh yang terletak di wilayah pedesaan Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan tradisi yang menarik dan kaya akan makna. Masyarakat di Desa Gadingsukuh sangat menjaga warisan yang telah ada sejak dulu yang menghasilkan serangkaian praktik yang tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi dapat digunakan sebagai pengikat sosial antara warganya. Berikut adalah beberapa kebudayaan, tradisi, dan kegiatan rutin yang ada dan masih dilakukan oleh masyarakat Desa Gadingsukuh saat ini, khususnya masyarakat Dusun Ketileng, Desa Gadingsukuh.
1. Rewo Rewo
Rewo Rewo bukanlah kesenian yang lahir di Desa Gadingsukuh, kesenian ini berasal dari para pendatang yang datang dari berbagai tempat ke desa ini. Mereka membawa kesenian-kesenian dari tempat asalnya, seperti kuda lumping, tari topeng, ndolalak, dsb. Rewo Rewo merupakan kesenian tradisional berupa tari kreasi yang ditampilkan sebagai hiburan. Rewo Rewo biasanya dimainkan oleh sekelompok laki-laki muda atau yang sudah berkeluarga. Tarian Rewo Rewo diiringi dengan Gamelan dan lagu-lagu Jawa.
Adapun diperlukan beberapa hal yang harus disiapkan untuk berjalannya acara. Di antaranya, perlengkapan tari, kelapa ijo sebanyak dua atau tiga buah, bunga mawar putih dan merah, minyak wangi aroma, batang duri salak sebanyak 4 atau 5 batang, ayam hidup, telur, lampu neon tipis untuk pertunjukan, segelas masing-masing kopi pahit dan manis, cabai, dan lain sebagainya. Di Dusun Ketileng itu sendiri para pelaku keseniannya sering melakukan latihan di lahan belakang PKD di Dusun Ketileng. Akan tetapi, kesenian ini saat ini sedang dalam masa vakum dikarenakan beberapa pelakunya yang sedang sibuk.
2. Merdi Dusun dan Maulid Nabi
Merdi Dusun, khususnya di Dusun Ketileng, diadakan barengan dengan Peringatan Hari Besar Islam(PHBI) tepatnya ketika Maulid Nabi. Kegiatan Maulid Nabi dilaksanakan setiap tahun yang melibatkan seluruh masyarakat. Kegiatan ini dilakukan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan kegiatan pembacaan shalawat dan pengajian. Tradisi ini biasanya diadakan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas segala limpahan rezeki, keselamatan, dan ketenteraman yang telah diberikan oleh Tuhan. Acara ini menjadi ajang berkumpulnya seluruh warga desa. Gotong royong dan kebersamaan menjadi kunci dalam mempersiapkan dan melaksanakan acara, sehingga hubungan antarwarga semakin erat. Merdi dusun diikuti hampir seluruh masyarakat di Dusun Ketileng.
3. Yasinan
Diadakan untuk mendoakan para arwah, biasanya dilakukan setiap malam jumat di Masjid setelah salat isya. Tradisi ini adalah tradisi keagamaan yang sarat akan nilai sosial dan spiritual. Ini bukan hanya sekadar membaca ayat suci, tetapi juga membangun kebersamaan, saling mendoakan, dan memperdalam pemahaman agama.
4. Tahlilan
Memiliki fungsi yang sama dengan yasinan, tradisi ini diadakan secara rutin setiap malam jumat selain di masjid atau rumah-rumah warga oleh bapak-bapak dan setiap Jumat sore setelah asar yang untuk Ibu-ibu. Tahlilan merupakan ritual untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia dengan cara membaca serangkaian kalimat tayyibah (kalimat-kalimat baik), ayat-ayat Al-Qur'an, dan zikir.
5. Al-Barjanji
Pembacaan Al-Barjanji biasanya diiringi dengan sholawat dan qasidah (puji-pujian) yang dilantunkan secara merdu dan khusyuk. Di Dusun Ketileng, kegiatan ini diadakan secara rutin 2 minggu sekali pada malam Minggu di rumah-rumah warga yang tergabung dalam kelompok. Kegiatan ini diiringi dengan tabuhan rebana yang dimainkan oleh kelompok pemuda. Sebagai tuan rumah biasanya memberikan semacam hidangan berupa makanan dan minuman yang disuguhkan ke seluruh peserta.
6. Pertemuan Selapanan
Merupakan pertemuan yang dihadiri oleh seluruh masyarakat dusun yang difungsikan untuk Musyawarah dan silaturahmi. Diadakan setiap malam Jumat Kliwon di kediaman rumah Kepala Desa. Setelah musyawarah biasanya dilanjutkan dengan tahlilan yang ditujukan untuk mengirim doa kepada arwah yang ada di Desa Gadingsukuh. Adapun sebelum acara dibutuhkan ayam putih yang akan disembelih, beberapa minuman seperti teh, kopi pahit, dan kopi pahit. Setelah acara selesai biasanya dilanjutkan dengan memakan makanan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Biasanya setelah acara benar-benar selesai beberapa peserta tetap tinggal di tempat untuk saling srawung atau silaturahmi dengan lainnya.
7. Pertemuan kader PKK
Merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Gadingsukuh untuk mengkoordinasikan, mengevaluasi, dan merencanakan program kerja. Kegiatan ini diadakan di tempat tinggal Kepala Dusun setiap bulan yang diikuti oleh Ibu-ibu dan Kader PKK.
Dengan segala Tradisi kebudayaan, tradisi, dan kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Ketileng, Desa Gadingsukuh tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga berfungsi sebagai silaturahmi, memperkuat komunitas, dan memperkuat spiritual. Tradisi-tradisi ini menunjukan bahwa meskipun zaman terus berubah, nilai-nilai budaya tetap relevan dalam membentuk identitas desa. Desa Gadingsukuh adalah bukti nyata kekayaan budaya Indonesia, yang terpancar dari kearifan lokal dan kehangatan masyarakatnya yang harus terus dijaga dan dilestarikan.